KEGIATAN BERMUTU BATANG TIMUR

Jumat, 04 Februari 2011

BAGAIMANA GURU MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : Adi Nugraha, disari dari:
Jamisten Situmorang
P4TK BMTI Bandung


Pendahuluan
Tujuan utama penulisan karya tulis ilmiah adalah pengembangan keterampilan dalam penyusunan atau pembuatan karya tulis ilmiah oleh guru. Membantu guru menjadi penulis karya tulis ilmiah atau penulis karya tulis ilmiah yang produktif, terbiasa menyusun karya tulis ilmiah dalam waktu yang relatif singkat. Karya tulis ilmiah yang ditulis dapat berdasarkan hasil peneltian atau data yang diperoleh di lapangan, yang dikenal dengan karya tulis ilmiah induktif dan atau karya tulis ilmiah yang berdasarkan hasil pengkajian teoritis, yang biasa disebut karya tulis ilmiah (makalah) deduktif. Agar guru terbiasa menulis karya tulis ilmiah dalam waktu relatif singkat dan memenuhi persyaratan karya tulis ilmiah, diperlukan latihan, latihan dan latihan. Alah bisa karena biasa.
Penulisan karya tulis ilmiah merupakan kewajiban bagi masyarakat ilmiah. Guru sebagai masyarakat ilmiah, wajib menyusun karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah pada umumnya disusun berdasarkan
hasil penelitian. Karya tulis ilmiah antara lain dalam bentuk, laporan penelitian, artikel jurnal, buku, karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah dikaitkan dengan pengembangan profesi guru. Guru dituntut untuk melakukan penelitian sebagai bentuk pengembangan profesionalitasnya. Selain bertugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan (diklat), guru dituntut melakukan pengembangan profesi secara berkelanjutan. Salah satu bentuk pengembangan profesionalitas guru adalah menjadi penyaji karya tulis ilmiah atau pekarya tulis ilmiah dalam pertemuan ilmiah, seperti seminar, workshop, konferensi. Guru yang tidak memenuhi angka kredit pengembangan profesi tidak dapat naik pangkat. Saat ini diperkirakan 300-an guru terhambat kenaikan pangkatnya karena angka kredit pengembangan profesi tidak mencukupi.

Karya tulis ilmiah sebagai karya tulis ilmiah disusun mengikuti kriteria atau persyaratan yang berlaku universal. Ada kalanya panitia atau pengguna karya tulis ilmiah menambahkan persyaratan tertentu, seperti jumlah halaman, tata tulis dan bahasa yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah pada umumnya disampaikan kepada kelompok atau masyarakat tertentu pada pertemuan ilmiah. Karya tulis ilmiah tidak sama dengan artikel jurnal yang ditulis berdasarkan hasil penelitian. Akan tetapi hampir sama dengan artikel nonpenelitian. Perbedaan karya tulis ilmiah dengan artikel nonpenelitian terletak pada abstrak dan kata kunci. Karya tulis ilmiah tidak harus memuat abstrak dan kata kunci.

Karya tulis ilmiah menggambarkan tema, topik, judul dan rumusan masalah, yang dipaparkan pada bagian pendahuluan. Meskipun yang tertulis hanya judul karya tulis ilmiah akan tetapi secara tersirat mengambarkan tema dan topik. Sementara di bagian berikutnya dideskripsikan gagasan yang ditawarkan dan pembahasan terhadap gagasan tersebut.Tema, topik bahkan judul adakalanya disampaikan oleh pihak penyelenggara, semacam karya tulis ilmiah pesanan. Penulisan karya tulis ilmiah yang dibahas di sini adalah karya tulis ilmiah secara umum, di mana penentuan tema, topik dan judul dilakukan sendiri oleh penulis.

Tujuan utama menulis karya tulis ilmiah adalah untuk mengkomunikasikan suatu gagasan, pemikiran atau hasil kajian teoritis kepada orang lain, yang memerlukan gagasan tersebut. Sebelum membaca karya tulis ilmiah, yang pertama ditanyakan, apa inti gagasan disampaikan penulis dalam karya tulis ilmiah tersebut. Gagasan dapat berupa cara pandang baru terhadap suatu persoalan, misalnya “model”, yaitu cara melakukan sesuatu, model mengajarkan anatomi tubuh manusia kepada siswa SD. Jika tidak ada gagasan (baru) yang hendak disampaikan, sebaiknya tidak dipaksakan menulis karya tulis ilmiah. Penulis karya tulis ilmiah yang produktif adalah mereka yang mempunyai gagasan kreatif, yang disampaikan kepada kelompok atau orang lain melalui karya tulis yang dinamakan karya tulis ilmiah. Sasaran yang dituju sebagai pembaca atau pengguna gagasan tersebut adalah masyarakat yang relevan.

Guru yang mempunyai gagasan “baru” dalam bidang pendidikan, yang apabila gagasan tersebut disampaikan kepada guru, diharapkan dapat diterapkan dalam praktik pendidikan di sekolah. Penerapakan gagasan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Guru adalah pemakai atau pengguna gagasan tersebut. Misalnya, gagasan menilai hasil belajar dengan menggunakan komputer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar